Kaca (mitologi) – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kaca(Dewanagari: कच; IAST: Kacha) adalah seorang resi dalam mitologi Hindu. Ia putra dari Wrehaspati, yang menjadi murid Sukra, guru para asura atau raksasa. Riwayatnya muncul dalam kitab Mahabharata (buku pertama, Adiparwa), sebagai narasi oleh Bagawan Wesampayana kepada Maharaja Janamejaya. Selain itu juga muncul dalam kitab Matsyapurana dan Agnipurana.[1]Kisah[sunting | sunting sumber]Pengabdian kepada Sukra[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab Mahabharata pertama (‘Adiparwa) diceritakan bahwa Wrehaspati—guru para dewa—ingin mengetahui mantra amertasanjiwani, yaitu mantra untuk menghidupkan orang mati yang dikuasai oleh Sukra. Maka ia mengutus putranya yang bernama Kaca untuk berguru kepada Sukra agar mantra tersebut bisa diwariskan. Sukra meminta Kaca agar mengabdi padanya, terutama dengan menggembala lembu.

Pengabdian Kaca membuat Sukra terkesan, sebaliknya hal itu membuat iri para asura (murid-murid Sukra) yang dipimpin Wresaparwa. Karena iri, para asura membunuh Kaca pada saat ia mengembala lembu, lalu jenazahnya dibuang di tengah hutan. Ketika malam tiba, lembu-lembu yang digembala Kaca pulang dengan sendirinya tanpa dikawal. Melihat hal itu, Dewayani, putri Bagawan Sukra merasa cemas lalu meminta ayahnya agar memanggil Kaca. Karena tak kunjung datang, Sukra menggunakan mantra amertasanjiwani sambil memanggil Kaca. Kaca hidup kembali dan keluar dari semak belukar, tempat jenazahnya dibuang.

Saat para asura tahu bahwa Kaca hidup kembali, mereka merencanakan pembunuhan tanpa meninggalkan jenazah. Mereka membakar jenazah Kaca sampai menjadi abu, lalu mencampurkan abu tersebut bersama dengan makanan dan minuman, kemudian disuguhkan kepada Sukra. Ketika Sukra selesai menyantapnya, Dewayani meminta agar Kaca dipanggil. Karena Kaca tak kunjung datang, maka mantra amertasanjiwani digunakan kembali. Kali ini, Kaca menyahut dari dalam perut Sukra dan menjelaskan keadaannya. Untuk mengeluarkan Kaca, Sukra rela perutnya dibedah. Sebelum keluar, Kaca diberi mantra amertasanjiwani agar Sukra mampu dihidupkan kembali setelah perutnya dibedah. Sehabis Kaca keluar dari perut Sukra, ia menghidupkan gurunya dengan mantra amertasanjiwani. Karena sudah mendapatkan mantra yang selama ini dicarinya, ia berpamitan kepada Sukra untuk kembali ke kahyangan.Kutukan Sang Kaca[sunting | sunting sumber]

Sebelum Kaca terbang ke kahyangan tempatnya berasal, Dewayani meminta agar Kaca menikahinya, tetapi Kaca menolak karena ia enggan untuk menikahi putri gurunya sendiri. Atas penolakan tersebut, Dewayani mengutuk Kaca agar kelak ilmu yang diperolehnya tidak akan mampu digunakan. Kaca menjawab bahwa meskipun ia tidak akan mampu menggunakannya, ia masih bisa mengajarkannya kepada orang lain. Kaca membalas Dewayani dengan mengutuk bahwa kelak Dewayani akan dimadu oleh budaknya sendiri (Sarmista).[2]Referensi[sunting | sunting sumber]^ Pargiter, F.E. (1972). Ancient Indian Historical Tradition, Delhi: Motilal Banarsidass, pp.196, 196ff.^ Katha, Amar Chitra (1981). Kacha and Devayani (dalam bahasa Inggris). Amar Chitra Katha.Pranala luar[sunting | sunting sumber](Inggris) Kisah keteguhan hati Sang Kaca